Wow, it took quite a time to manage an idea!
Hari ini, post pertama dalam bahasa Indonesia. Berbicara mengenai perfilman dalam negeri, rasanya sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tahu bahwa film-film Indonesia banyak bergelut di genre horror, romantisme, dan juga komedi seks.
Tidakkah itu mengecewakan? Di genre horror, tak ada kreativitas. Cerita yang dangkal, hantu yang tidak bervariatif (kalau tidak pocong ya kuntilanak), dan kualitas lain yang secara keseluruhan sangat mengecewakan.
Di genre romantis, ceritanya kebanyakan juga sangat klise, yang dapat dengan mudah ditebak akhirnya saat film berjalan sekitar 15 menit. Kalau pun ada kesan variasi, variasi tersebut merupakan plagiat atau contekan dari film luar. Sedangkan komedi seks terjebak pada cerita yang amat sangat membosankan, sangat tidak berbobot dan mendidik! Kurang mengecewakan dari mana lagi? Yang terakhir, film-film religi. Sejak kesuksesan Ayat-Ayat Cinta, nampaknya para produser ingin mengekor kesuksesan mereka, dan salah-salah, genre ini akan terjebak pada lingkaran kemonotonan layaknya genre-genre yang sudah disebutkan di atas.
Untunglah, belakangan ini, dunia perfilm-an Indonesia sudah sedikit berkembang. Film-film bertema umum atau pendidikan sudah mulai nampak. Tahun lalu, kita sudah bisa bersyukur dengan adanya film seperti Laskar Pelangi yang cukup baik, dan tahun ini, semakin banyak variasi dalam dunia perfilm-an Indonesia. Di awal tahun kita mendapati cerita menarik dari film Sepuluh, komedi yang cukup segar dari Kambing Jantan, dilanjutkan dengan Horror yang berbeda di Pintu Terlarang. Selanjutnya masa liburan sekolah diawali dengan 2 buah film keluarga yang menanamkan rasa nasionalisme pada King dan Garuda Di Dadaku, selanjutnya ada film laga (Merantau), hingga film perjuangan kemerdekaan, Merah Putih.
Di samping itu, terdapat film indie dengan kualitas cerita luar biasa untuk ukuran film Indonesia, yaitu Cin(t)a. Yang terbaru terdapat film animasi karya anak bangsa yaitu Meraih Mimpi. Untuk akhir tahun, akan dirilis sekuel dari Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi.
Diharapkan bahwa para sineas film Indonesia terus berjuang membuat film-film berkualitas sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmatinya terus, dan film-film lokal dapat bersaing dengan film-film luar. Apakah film-film dengan tema variatif berkualitas baik dapat terus diproduksi dan berkembang? Bisa saja. Selama masyarakat mau untuk mendukungnya dan selama para produser tidak terjebak untuk membuat film-film yang itu-itu saja.
Kenali (film) negerimu, cintai (film) negerimu!
7 years ago